• Kedepan mulai Renstra Pembangunan TNI AU Tahun 2010-2014, kita akan menambah alat utama sistem senjata alutsista yang cukup signifikan, sekitar 102 pesawat baru yang terdiri atas F-16, T-50, Sukhoi, Super Tucano, CN-295, Hercules,Helikopter Cougar, Grob, KT-I, Boeing 737-500 maupun Radar akan segera memperkuat TNI Angkatan Udara.

    Pesawat Latih Tempur Goldel Eagel T-50 Dari Korea Selatan
    Pesawat Latih Tempur Goldel Eagel T-50 Dari Korea Selatan

    Demikian sambutan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Madya TNI I.B. Putu Dunia dalam sambutannya yang dibacakan Kadisops Lanud Sultan Hasanuddin Letkol Pnb Widyargo Ikoputra, S.E, mewakili Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsma TNI Barhim pada Apel khusus menyambut tahun baru 2013, Jumat, (4/1) di Hanggar Skadron Udara 11 Wing 5 yang diikuti oleh seluruh anggota Lanud Sultan Hasanuddin dan Batalyon 466 Paskhas, baik militer maupun Pegawai Negeri Sipil.


    Selanjutnya dikatakan, keberhasilan pelaksanaan tugas Angkatan Udara tidak hanya ditentutan oleh kualitas dan kuantitas alat utama yang kita miliki, akan tetapi yang menentukan adalah kemantapan jati diri dan loyalitas dari segenap prajurit serta kesadaran akan tanggung jawab yang mendalam terhadap tugas-tugas yang dihadapi. Kondisi dan kekuatan mental inilah yang harus selalu kita mantapkan dan tingkatkan dari waktu ke waktu, seiring dengan peningkatan profesionalitas sumber daya manusia Angkatan Udara.

    Dikatakan, tahun 2012 zero accident belum berhasil kita wujudkan, hal ini perlu upaya lebih keras lagi, bukan saja dari para pelaksana di lapangan, melainkan juga dari pimpinan sebagai penentu kebijakan organisasi, perencana kegiatan, pengambil keputusan, unsur pengadaan materiil, pelayanan personel, pemeliharaan dan pendukung lainnya.

    Oleh sebab itu, lanjut Kasau, salah satu upaya yang harus terus kita utamakan adalah mewujudkan zero accident secara berkesinambungan, kita harus fokus pada efesiensi dan efektivitas di segala bidang untuk menghasilkan kesiapan operasional yang optimal. “Upaya Pembenahan dan penyempurnaan di segala bidang harus terus dilanjutkan sejalan dengan dinamika pemantapan satuan, sehingga output akhir dalam peningkatan kemampuan dan kesiapan operasional dapat benar-benar dicapai dan diwujudkan”. Tegas Kasau.
  • Rudal Qader siap ditembakan. (Foto: IRNA/Mohammadreza Alimadadi)

    3 Januari 2013, Tehran: Angkatan Laut Iran sukses menguji coba rudal pertahanan pantai Qader (Sangat Kuat) saat latihan peperangan laut Velayat 91, Selasa (1/1).

    Rudal Qader mudah dioperasikan, mampu melumatkan kapal perang hingga jarak 200 km, dikembangkan oleh teknisi dan ahli pertahanan Iran.

    Rudal pertama kali dipamerkan ke publik pada parade militer September 2011.

    Kementerian Pertahanan Iran telah mengirimkan rudal Qader ke Angkatan Bersenjata dan Korps Pengawal Revolusi Iran untuk meningkatkan kekuatan pertahanan maritim.

    (Foto: IRNA/Mohammadreza Alimadadi)
  • Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta mengatakan pada tahun 2013 pihaknya akan membuat satu skuadron pesawat tanpa awak untuk kepentingan mata-mata sistem pertahanan nasional.

    Satu Skuadron Pesawat Tanpa Awak untuk Kepentingan Mata-mata Segera Dibentuk


    "Kementerian Pertahanan meminta untuk dibuatkan satu skuadron pesawat tanpa awak. Setidaknya pembuatannya untuk keperluan memata-matai," kata Menristek Gusti Muhammad Hatta, di Jakarta, Kamis.

    Gusti Muhammad Hatta mengatakan pesawat tanpa awak merupakan salah satu fokus pengembangan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang akan dilakukan lembaganya tahun ini, selain rencana pembuatan roket serta satelit.

    Menurut dia, selain untuk keperluan pertahanan pesawat tanpa awak juga dapat berfungsi membantu menghasilkan hujan buatan dan keperluan pengamatan di daerah berbahaya.


    "Pesawat tanpa awak dapat masuk menembus awan untuk menabur garam membuat hujan buatan, serta untuk mengamati gunung berapi yang berbahaya apabila dilakukan pesawat berawak. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengamati praktik `ilegal fishing` dan `ilegal logging`," kata dia.

    Gusti mengatakan di luar negeri pesawat tanpa awak sudah digunakan untuk kepentingan perang. Di Israel misalnya, pesawat tanpa awak dilengkapi dengan senjata untuk menembak.

    Sejauh ini Indonesia melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menghasilkan sejumlah pesawat tanpa awak. Ia mengatakan bahwa dalam pembuatan skuadron pesawat tanpa awak, Kemenristek kembali akan menggandeng dua lembaga tersebut.

    "Sejauh ini LAPAN sudah membuat satu pesawat tanpa awak ukuran kecil. Sedangkan BPPT sudah mengembangkan tiga kelas pesawat tanpa awak yakni ukuran kecil, sedang dan besar," kata dia.

    Pendanaan pesawat tanpa awak menurut dia akan disediakan oleh Kementerian Pertahanan.
    (R028)
  • Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Frans Kaiseipo – 368 dengan  Komandan Letkol Laut (P) Yayan Sofyan, S.T. mendapat predikat “The Most Impresice Ship” dalam Multilateral Exercise Kakadu 2012 yang diikuti oleh 18 Kapal Perang dari berbagai Negara Asia Pasifik. Predikat tersebut berhasil diraih karena seluruh serial latihan dapat dilaksanakan dengan menakjubkan. Hal ini disampaikan melalui surat resmi dari Fleet Commander Royal Australian Navy (RAN) kepada Mabesal dan menjadi juara 1 dalam “Event Sport Day Kakadu”.

    KRI Frans Kaisiepo – 368 Mendapat Predikat “The Most Impresice Ship”

    Latihan  Kakadu merupakan latihan bersama dua tahunan. Latihan ini dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan hubungan kerja sama antarnegara di Asia Pasifik, sehingga diharapkan dapat mewujudkan stabilitas keamanan di kawasan Asia Pasifik.


    Sedangkan dalam Event Latihan Bersama (Latma) Sea Eagle, KRI Frans Kaiseipo – 368 menjadi juara umum dan berhak membawa piala bergilir Eagle Cup. Latma Sea Eagle 2012 merupakan latihan Bilateral antara TNI Angkatan Laut dengan Republic Singapore of Navy (RAN) yang digelar setiap dua tahun sekali.

    Penyerahan Piala Kakadu dan Eagle Cup diserahkan oleh komandan KRI FKO kepada Pangarmatim pada saat apel khusus di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya (Kamis, 030113)
  • Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana Madya TNI Marsetio, mengatakan TNI AL harus terbuka terhadap pandangan global dan memperbanyak latihan-latihan bersama dengan instansi terkait dari luar negeri. Apa yang sudah dilakukan selama ini akan diteruskan dan dipertajam.

    Suasana latihan TNI AL dan AS
    foto : citraindonesia.com

    "Program Kasal sebelumnya, yakni Laksamana Soeparno, akan saya teruskan dan pertajam. Selama menjadi Kasal, cita-cita saya adalah kita harus semakin membuka diri di era globalisasi sekarang ini," kata Marsetio saat acara pisah-sambut Kasal di Mabes TNI AL, Jakarta, Rabu (2/1).

    Menurut dia, Laksamana Soeparno telah melakukan itu dengan baik. "Pak Soeparno telah mengawali latihan-latihan bersama dengan sejumlah angkatan laut negara lain. Saya akan mempertajam kebijakan itu," kata lulusan terbaik Akademi Angkatan Laut pada 1981 itu.


    Dalam pidatonya, Marsetio mengaku mendapatkan banyak bimbingan dari seniornya, Soeparno, yang akan pensiun pada 1 Oktober mendatang. "Saya berharap, sambil menunggu masa pensiun, Bapak Soeparno tetap menjadi bagian dari TNI AL," kata dia.

    Marsetio sudah mengenal Soeparno sejak masih di Akademi Angkatan Laut. Soeparno yang merupakan lulusan tahun 1978 kerap selalu membawa Marsetio membantu pekerjaanya di sejumlah satuan. "Beberapa kali saya menjadi staf beliau," ujar dia.

    Saat menjadi Komandan Gugus Tempur Laut di Armada Timur, Marsetio menjadi bawahan Soeparno, termasuk saat ramai persoalan Ambalat pada 2005, hingga saat Soeparno menjadi Komandan Armada Bagian Barat. Terakhir, ketika Soeparno menjadi Kasal, Marsetio dipercaya menjadi wakasalnya. "Beliau selalu membimbing saya hingga sekarang saya menjadi Kasal," kata dia.

    Lebih jauh, Marsetio menyatakan akan menyesuaikan program kerja TNI AL sesuai perkembangan dinamika. "Terutama disesuaikan dengan kebijakan pemimpin dan alokasi anggaran yang ada," kata dia.
    Peremajaan Alutsista

    Namun, yang jelas, Marsetio menyatakan dirinya akan tetap mengacu pada pencapaian kekuatan pokok minimal (minimun essential forces/MEF). "Tak hanya dalam hal peremajaan alat utama sistem senjata/alutsista, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan prajurit," jelasnya.

    Prioritas perwujudan MEF, antara lain meningkatkan kemampuan mobilitas TNI AL, meningkatkan kemampuan satuan tempur (stiking force) dan menyiapkan pasukan siaga (standby force) untuk penanganan bencana alam, tugas-tugas perdamaian dunia dan keadaan darurat lainnya.

    Marsetio juga menjelaskan pembangunan MEF diimplementasikan dalam tiga rencana strategis (renstra) hingga tahun 2024 yang diproyeksikan pada pencapaian MEF yang mencakup organisasi, personel, dan alutsista sesuai dengan alokasi anggaran pertahanan

    Menurut dia, percepatan pencapaian MEF di bidang alutsista diprioritaskan pada penggantian alutsista yang kondisinya tidak layak pakai serta pemenuhan kebutuhan untuk pelaksanaan tugas-tugas mendesak.

    Sejumlah persoalan yang mungkin akan dihadapi pada 2013, antara lain perkembangan situasi kawasan regional tentang Laut China Selatan, penyelesaian wilayah perbatasan yang berpotensi konflik, dan situasi kondisi nasional terkait perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. "Perlu penyesuaian untuk menjawab kecenderungan yang terjadi," katanya.

    Dalam sambutan perpisahannya, Soeparno berharap Marsetio semakin mengibarkan TNI AL. Dia bahkan meminta Marsetio membawa TNI AL maju secara signifikan melalui alunan lagu. "Saya yakin dan percaya TNI AL akan lebih maju. Harapan saya, seluruh jajaran TNI AL ikut bekerja kerja keras mewujudkan cita-cita membangun postur TNI AL yang ideal," jelas dia.

    Secara terpisah, Kepala Staf TNI AU (Kasau), Marsekal Madya Ida Bagus Putu Dunia, saat apel khusus menyambut 2013 di di Mabesau,mengatakan sebagai salah satu komponen pertahanan negara, TNI AU terus tumbuh berkembang seiring dengan dinamika pembangunan nasional dan perkembangan lingkungan strategis.
    "Kekuatan Angkatan Udara merupakan salah satu komponen kekuatan yang dapat menjadi bargaining power dalam upaya menyelesaikan konflik antarnegara," kata Kasau.

    Kebijakan pengembangan kekuatan TNI AU tetap mengacu pada rencana pengembangan yang telah dituangkan dalam renstra TNI AU 2010-2014 dengan tetap memperhatikan dinamika di lapangan. "Kemungkinan ancaman dan kontinjensi dapat muncul akibat situasi politik dan keamanan internasional yang makin intens akibat fenomena global dan adanya rehabilitas dari bencana alam, kebijakan operasi militer pengamanan perbatasan, dan daerah rawan pengamanan pulau-pulau terdepan," jelas dia.
  • KEPALA Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya TNI Marsetio mengungkapkan TNI AL perlu melakukan penyesuaian untuk menjawab perkembangan lingkungan strategis yang dinamis dan sulit diprediksi seperti yang terjadi saat ini. Menurutnya, kondisi ini berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan tugas dan pembangunan TNI AL. Karenanya TNI AL terus berupaya untuk memenuhi Minimum Essential Forces (MEF) alat utama sistem senjata (alutsista). 

    KSAL: TNI AL Harus Kuat dan Disegani

    Kondisi yang dimaksud Marsetio seperti perkembangan situasi kawasan regional tentang Laut China Selatan, penyelesaian wilayah perbatasan yang berpotensi konflik, dan situasi kondisi nasional terkait perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Marsetio yang baru saja dilantik menjadi KSAL berkomitmen melanjutkan kebijakan yang telah digariskan oleh KSAL yang lama Laksamana TNI Soeparno sesuai visi TNI AL, Panglima TNI dan arahan Presiden SBY.


    "Terwujudnya TNI AL yang handal dan disegani sesuai dengan perkembangan strategis dan kebijakan komando atas. Prioritas pembangunan TNI AL guna mendukung TNI AL yang handal dan disegani, antara lain, meneruskan validasi organisasi, modernisasi alutsista melalui pengadaan, revitalisasi, rematerialisasi, relokasi dan penghapusan guna mencapai percepatan Minimum Essential Force (MEF),"kata Marsetio dalam acara Pisah Sambut Kepala Staf Angkatan Laut di Mabes TNI AL Jakarta, Rabu (2/01).

    Dalam mewujudkan MEF dilakukan melalui peningkatan kemampuan mobilitas TNI AL, peningkatan kemampuan satuan tempur (stiking force) dan penyiapan pasukan siaga (standby force). "Untuk penanganan bencana alam, tugas-tugas perdamaian dunia dan keadaan darurat lainnya,"ujarnya.

    Pembangunan MEF ini diimplementasikan dalam tiga renstra hingga tahun 2024 dengan proyeksi pada pencapaian MEF yang mencakup organisasi, personel dan alutsista sesuai dengan alokasi anggaran pertahanan. Sementara percepatan pencapaian MEF di bidang alutsista diprioritaskan pada penggantian alutsista yang kondisinya tidak layak pakai, serta pemenuhan kebutuhan untuk pelaksanaan tugas-tugas mendesak.
  • Modernisasi alutsista TNI dilakukan secara serius untuk menunjung kekuatan sistem pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu, pemerintah berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan TNI, khususnya matra Angkatan Laut dalam menjaga perairan Indonesia.


    Indonesia Berencana Tambah 10 Kapal Selam

    "Rencana strategis jangka panjang, Indonesia akan membeli 10 kapal selam," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat berkunjung ke PT PAL, Surabaya, Jumat (28/12).

    Untuk tahap awal, Indonesia akan memiliki tiga kapal selam hasil kerjasama pembelian dari Korea Selatan. Dua dibuat di sana, kata dia, satu kapal selam dibuat murni anak negeri di PT PAL mulai 2016.

    Untuk mempersiapkan sumber daya manusia, puluhan teknisi dikirim ke Negeri Ginseng untuk mendapatkan menimba ilmu transfer teknologi.


    Targetnya nanti, kata Sjafrie, sepulangnya ke Indonesia mereka memiliki kemampuan untuk merawat dan membuat kapal selam yang menjadi alutsista ampuh dalam menjaga perairan Indonesia. "Karena memelihara dan membangun kapal selam tidak beda jauh."

    Pihaknya paham untuk mewujudkan kekuatan pokok minimum (MEF) membutuhkan dana besar dan dilakukan dengan perencanaan matang. Meski begitu, kalau melihat cetak biru yang pemenuhan alutsista hingga 2024, maka hal itu hampir dipastikan terwujud.

    Sjafrie menjelaskan, pada awal pemerintahan SBY, anggaran belanja alutsista per tahun masih Rp 500 miliar. Sekarang, dana yang digelontorkan pemerintah mencapai Rp 8 triliun. Selain untuk memasuk kebutuhan senjata operasional prajurit, langkah membeli produk senjata lokal juga untuk membantu memulihkan kejayaan industri pertahanan dalam negeri.

    "PT PAL sudah bangkit dan secara khusus mendapat penyertaan modal. Tapi mereka harus menguatkan divisi kapal perang yang terkenal dengan teknologi tinggi."
  • Surabaya (ANTARA News) - Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, mengatakan, rencana pemekaran tiga komando armada TNI AL masih harus menunggu selesainya revisi Peraturan Presiden Nomor 10/2010 tentang Organisasi TNI.
    Saat ini ada dua komando armada TNI AL, yaitu Komando Armada Indonesia di Kawasan Barat dan Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur. Rencananya, akan dimekarkan dengan tambahan satu lagi, yaitu Komando Armada Indonesia di Kawasan Tengah.

    "Perpres 10 itu sedang dikaji kembali untuk direvisi dan Presiden juga sudah menyetujui," kata Suhartono kepada wartawan usai memimpin upacara serah terima jabatan Kepala Staf TNI AL, di dermaga Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur, Surabaya, Kamis.

    Laksamana TNI Marsetio menggantikan Laksamana TNI Soeparno sebagai pucuk pimpinan TNI AL. Marsetio sebelumnya adalah wakil kepala staf TNI AL dan pernah menjadi asisten operasi panglima Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur. 
    Menurut Suhartono, pemekaran komando armada itu merupakan bagian validasi organisasi dari program pembangunan TNI AL untuk menjadi lebih profesional, handal dan disegani.

    "Nantinya akan ada seorang panglima bintang tiga yang membawahi tiga komando armada, yakni timur, tengah dan barat. Mereka akan bertanggung jawab terhadap wilayah armada laut Indonesia yang cukup besar," katanya.

    Akan tetapi, Suhartono tidak merinci kapan revisi Perpres tentang organisasi TNI tersebut akan selesai. "Sekarang revisinya sedang digodok," tegasnya.

    Terkait pembangunan alat utama sistem senjata (alutsista), ia menjelaskan bahwa Markas Besar TNI telah mencanangkan program pencapaian kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF), termasuk di TNI AL, bisa tercapai pada 2024.

    "Saya harapkan pada 2014, program MEF di TNI-AL sudah mencapai sekitar 40 persen. Cetak biru pembangunan MEF sudah disusun dan pimpinan TNI-AL harus konsisten melaksanakan itu," tambahnya.

    Saat menyampaikan amanat pada upacara sertijab, Laksamana Agus Suhartono menyatakan, dinamika penugasan TNI ke depan, khususnya TNI AL akan semakin berat dan komplek.

    TNI AL akan dihadapkan pada tantangan tugas pembangunan kekuatan matra laut, pemberdayaan wilayah pertahanan laut, serta penegakan hukum dan pengamanan wilayah laut yurisdiksi nasional.

    "Semua itu membutuhkan kesiapsiagaan seluruh jajaran prajurit TNI AL agar mampu menjawab setiap persoalan, tantangan dan ancaman terhadap kepentingan nasional yang berkembang," kata Suhartono.
  • Mengakhiri Tahun 2012, Kementerian Pertahanan melaksanakan Refleksi terhadap seluruh program kegiatan di beberapa bidang yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 sekaligus tahun ketiga dari Renstra pertama dan proyeksi program kegiatan Kementerian Pertahanan untuk tahun 2013. Demikian disampaikan oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Kamis (27/12) di Kantor Kemhan, Jakarta.

    Menhan Sampaikan Refleksi Perkembangan Alutsista Sepanjang Tahun 2012


    Menurut Menhan, peningkatan kesejahteraan Prajurit TNI dan PNS dilaksanakan secara bersinambungan sesuai kemampuan anggaran. Untuk meningkatkan kesejahteraan Prajurit TNI dan PNS, Kemhan telah memberikan tunjangan cacat, pelayanan kesehatan, perumahan, dukungan Perlengkapan Perorangan Lapangan (Kaporlap), bantuan beasiswa dan tugas belajar serta tunjangan kinerja.

    Di bidang kesehatan, Kemhan juga ikut berpartisipasi aktif dalam penanggulangan penyakit yang berdampak nasional melalui pemenuhan alat kesehatan rumah sakit (Alkes Rumkit) dan peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan bagi anggota TNI/PNS dan keluarganya serta masyarakat.


    Demikian juga di bidang perumahan, dimana untuk tahun 2012 telah dibangun rumah bagi prajurit dan PNS baik berupa Rusunawa, Rusunami maupun kepemilikan rumah umum dan khusus. Untuk rencana tahun 2013 mendatang akan dilakukan penataan rumah negara dan penyelesaian permasalahan tanah dan bangunan, serta penambahan pembangunan Rusunawa, Rusunami dan kepemilikan rumah umum dan khusus.

    Sementara itu, di dalam pengelolaan sumber daya manusia (SDM) Kemhan/TNI tetap mengacu kepada pembangunan kekuatan pokok minimum (MEF) dengan melakukan Restrukturisasi berdasarkan kebijakan Zero Growth. Yaitu tidak ada penambahan personel secara signifikan, dimana antara rekrutmen personel dan yang pensiun seimbang (Pertumbuhan Nol) dan melakukan kebijakan Right Sizing yaitu dapat menentukan kebutuhan personel secara tepat guna dengan melaksanakan penataan organisasi, penghitungan beban kerja dan standar kompetensi.

    Menurut Menhan, program kegiatan yang telah dilaksanakan dari sisi sarana pertahanan selama tahun 2012 adalah program modernisasi alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) TNI sesuai dengan MEF untuk kurun waktu 15 tahun. Dia berharap sampai dengan tahun 2014 pencapaian lebih dari 30 persen.

    Sedangkan untuk proyeksi tahun 2013 program kerja sarana pertahanan akan tetap melanjutkan proses pengadaan dengan didukung pengembangan teknologi industri pertahanan, pemenuhan kelengkapan dokumen regulasi keuangan serta penyempurnaan Permenhan tentang pengadaan Alutsista.

    Disamping itu pengadaan alutsista juga mengutamakan produksi dalam rangka meningkatkan kemandirian industri pertahanan. Pada tahun 2012 pelaksanaan kegiatan yang mengemuka berkaitan dengan analisis Strategi Pertahanan, konflik laut Cina Selatan, tata ruang wilayah pertahanan, pengawasan perbatasan dengan menggunakan Iptek, Implementasi Doktrin dan Implementasi Sishanta di Perbatasan.

    Pengkajian terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pertahanan yang dilakukan antara lain kajian model Warhead kaliber 200 mm, penyempurnaan PTTA (Pesawat Terbang Tanpa Awak), Model Kapal Selam Tanpa Awak, Pengembangan MEF (Minimum Essential Force) dan pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X.

    Disamping itu juga dilaksanakan analisis terhadap alat peralatan pertahanan, berupa pembuatan prototype Rantis 5 Ton 6x6 peluncur roket kaliber 122 mm, Prototipe Munisi kaliber 105 mm Exercise, Prototipe Combat Boat, Prototipe roket jarak 100 km ground to ground dan Prototipe Smart Bomb.

    Untuk proyeksi 2013 Balitbang Kemhan akan melaksanakan program pengkajian Strategi pertahanan, salah satunya strategi pencegahan dan penanggulangan Dampak Konflik Laut Cina Selatan terhadap Kedaulatan NKRI (ditinjau dari aspek ekonomi dan sosial budaya) serta melaksanakan sosialisasi pengintegrasian komponen negara dan pemberdayaan wilayah pertahanan.

    Di bidang legislasi, Kemhan menyusun dan membahas RUU yang menjadi prioritas prolegnas tahun 2012 antara lain RUU Komcad, RUU Kamnas, dan RUU Rahasia Negara. RUU yang sudah disahkan menjadi Undang-Undang di Tahun 2012 adalah UU Nomor. 15 Tahun 2012 tentang Veteran RI dan UU. Nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

    Tahun 2013 target yang akan diselesaikan adalah RUU Rahasia Negara, RUU Kamnas, dan 38 Peraturan Menteri Pertahanan (Permenhan) termasuk Naskah Akademik dan draft RUU Bela Negara. Jakarta Internasional Defence Dialoque (JIDD) ke-2, 2012 dan Indo Defence ke-5, 2012 telah terlaksana dengan sukses. Kedua forum tersebut merupakan forum dialog dan pameran Alutsista pertahanan keamanan di kawasan Asia Pasifik yang saat ini telah diakui dan menjadi agenda dunia serta diselenggarakan setiap tahun. Untuk tahun 2013 forum tersebut akan lebih ditingkatkan secara kualitas. Selain itu juga di selenggarakan ASEAN Regional Forum Head of Defence Universities Colleges and institutions Meeting (ARF – HDUCIM) yang merupakan media pertukaran informasi dan pengalaman dalam pengembangan ilmu pertahanan.

    Di bidang Potensi Pertahanan, Kemhan melanjutkan dan mengintensifkan kegiatan pembinaan kesadaran bela negara dengan melibatkan Kementerian lainnya, LPNK dan elemen masyarakat dalam memantapkan upaya Nation Character Building sumber daya manusia untuk kepentingan pertahanan negara. Tahun 2012 ini juga telah dicanangkan bahwa tanggal 19 Desember sebagai hari Bela Negara yang akan diperingati secara nasional setiap tahun.

    Pembangunan dan pemberdayaan wilayah perbatasan juga merupakan perhatian yang sangat besar bagi Kemhan di tahun 2012. Hal tersebut tidak hanya berupa pembangunan secara fisik, tetapi juga non fisik seperti peningkatan pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan wawasan kebangsaan, termasuk juga peningkatan kesejahteraan bagi personel Kemhan/TNI yang bertugas di wilayah perbatasan seperti tunjangan khusus.

    Disamping itu dialog dan penyelesaian masalah wilayah perbatasan dengan negara-negara yang terkait juga terus dilaksanakan secara intensif. Pada tahun 2013 kegiatan-kegiatan tersebut akan terus ditingkatkan.



    SUmber : Jurnas
  • Indonesia siap meluncurkan roket tiga digit atau roket berdaya jangkau 100 km-900 km pada 2013 untuk memperkuat sistem persenjataan negara.

    Indonesia Siap Luncurkan Roket Balistik Berdaya Jangkau 900 Km
     

    "Tahun depan kita akan mulai menguji statis maupun uji dinamis roket berdaya jangkau tiga digit," kata Asisten Deputi Menteri Riset dan Teknologi bidang Produktivitas Riset Iptek Strategis Goenawan Wybiesana pada Evaluasi Akhir Tahun di Jakarta, Kamis.

    Untuk tahap awal, ujarnya, lebih dulu dikembangkan roket balistik berdaya jangkau 100 km dengan kaliber 350 mm sebanyak 10-20 unit, kemudian dilanjutkan dengan roket balistik kaliber berikutnya, disusul roket kendali.

    Kementerian Ristek sebagai bagian dari konsorsium roket, turut mendanai proyek tersebut sebesar Rp10-15 miliar pada 2013. Selain Kemristek, konsorsium roket beranggotakan PT Pindad, PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia, Lapan, BPPT, LIPI, ITB UGM, ITS, dan lainnya.


    Teknologi roket, ujarnya, dibangun dari empat kemampuan yakni teknologi material, teknologi sistem kontrol, teknologi eksplosif dan propulsi serta teknologi mekatronik yang seluruhnya sudah dikuasai.

    Program roket nasional, ia menerangkan, telah dimulai sejak 2005 dengan mensinergikan berbagai lembaga terkait, dilanjutkan pembuatan desain awal dan uji prototipe serta pengembangan desain pada 2010.

    Pada 2011, urainya, konsorsium roket ini meluncurkan freeze prototype 1 (prototipe jadi) yang setelah dibeli Kementerian Pertahanan dinamakan R Han 122 untuk dibuat menjadi massal melalui program 1.000 roket.

    "R Han 122 ini memiliki kaliber 122 mm berdaya jangkau 15 km, lalu pada tahun yang sama, daya jangkaunya R Han 122 ditingkatkan menjadi 25 km dan pada 2012 R Han ditingkatkan lagi kalibernya menjadi 200 mm dengan daya jangkau 35 km," katanya.

    Sebelum program roket untuk kepentingan pertahanan negara, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) telah lama menguasai teknologi roket untuk kepentingan riset peluncuran satelit. 




    Sumber : ANtara 
  • SERAH Terima Jabatan (Sertijab) Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), bukan merupakan suatu kelaziman, melainkan suatu kebutuhan dan keharusan.


    Pergantian Kasal, Ada Spirit Dan Harapan Baru
    foto : plitaonline
     
    Di dalamnya ada spirit dan harapan baru dalam rangka meningkatkan dinamika organisasi, memelihata kontinuitas pengabdian, menyempurnakan kinerja dan sinergitas satuan, serta mempertahankan memontemu regenerasi kepemimpinan satuan di jajawan TNI.

    Hal ini disampaikan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dalam amanatnya pada acara sertijab Kasal dari Laksamana TNI Soeparno kepada Laksamana Madya (Laksdya) TNI Marsetio di Dermaga Madura, Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), Ujung, Surabaya, Kamis (27/12/2012).

    Menurut Panglima TNI, pergantian jabatan bukan hanya sekadar pergantian personil semata, akan tetapi lebih bermakna substansial dan strategis dalam upaya mendinamisasi kehidupan organisasi.


     “Dinamika penugasan  TNI  ke depan, dan khususnya TNI Angkatan Laut,  dirasakan semakin berat dan kompleks dihadapkan kepada tantangan tugas pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut, pemberdayaan wilayah pertahanan laut, serta penegakan hukum dan pengamanan wilayah laut yurisdiksi nasional,” ujar Panglima TNI.  



    Serah Terima Jabatan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal)
    foto : tribunnews.com


    Lebih lanjut dikatakan Panglima TNI, dalam konteks stabilitas keamanan regional, sejumlah isu keamanan masih mewarnai kawasan ini, seperti konflik yang bersumber pada klaim teritorial, keamanan jalur pelayaran dan perdagangan, terorisme, perompakan, pembajakan di laut serta penyelundupan.

    Pembangunan kepercayaan dan peningkatan kerjasama di kawasan dalam mengatasi masalah-masalah ini terus dilaksanakan. Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa setiap negara juga berupaya melakukan pembangunan kekuatan militer untuk melakukan pencegahan secara mandiri.

    Dengan demikian, kesemuanya itu menuntut dan membutuhkan kesiapsiagaan seluruh jajaran prajurit TNI Angkatan Laut, agar mampu menjawab setiap persoalan, tantangan dan ancaman terhadap kepentingan nasional yang berkembang, seiring perkembangan lingkungan strategis.




    Serah Terima Jabatan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal)
    foto : tribunnews.com

    Panglima TNI berharap, pergantian kepemimpinan TNI AL dapat melanjutkan tugas dengan melahirkan pemikiran-pemikiran cerdas yang memiliki jangkauan jauh ke depan.

    Kiranya pemikiran tersebut dapat menjangkau hingga tahun 2024, guna merumuskan strategi Maritim TNI AL dalam konteks faktual di bidang pembangunan kekuatan, pengembangan kemampuan, gelar dan penggunaan kekuatan, sesuai postur dan kebijakan strategis TNI yang telah ditetapkan, serta sesuai kemampuan dan batas kemampuan negara, yang tergambar dalam kebijakan pembangunan kekuatan minimum (minimum essential force) hingga tahun 2024.

    Laksamana Madya TNI Marsetio, sebelumnya menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal). Lahir di Jakarta, 3 Desember 1956, dilantik sebagai Kasal oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara pada tanggal 17 Desember 2012.



    Serah Terima Jabatan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal)
    foto : tribunnews.com

    Merupakan lulusan terbaik dalam berbagai pendidikan yang pernah diikutinya, di antaranya

    Akademi Angkatan Laut tahun 1981 dengan Bintang Adhi Makayasa,

    Lulusan terbaik Seskoal tahun 1996 dengan tanda penghargaan Dharma Wiratama,

    Lulusan terbaik Sesko TNI tahun 2001,

     Lemhannas dengan tanda penghargaan Wibawa Seroja Nugraha KRA 37/2004. 



    SUmber : Pelita Online
  • Pembahasan RUU itu merupakan inisiatif Komisi I berdasarkan penugasan Rapat Badan Musyawarah pada 12 Januari 2012 silam melalui surat Presiden RI Nomor : R-08/Pres/01/2012 Tanggal 10 Januari 2012, Presiden menunjuk Menteri Pertahanan, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Perindustrian, Menteri Keuangan, dan Menteru Negara BUMN untuk mewakili Pemerintah dalam pembahasan RUU tentang Industri Pertahanan bersama-sama dengan DPR.
    foto : pelitaonline.com

    Sedangkan Pembahasan RUU tentang Veteran dilaksanakan berdasarkan penugasan Rapat Konsultasi Pimpinan DPR dengan Pimpinan Fraksi Pengganti Rapat Bamus pada 6 Maret 2012. Rapat tersebut membahas Surat Presiden RI Nomor: R-13/Pres/02/2012 Tanggal 2 Februari yang menugaskan Menteri Pertahanan, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Keuangan, Menteri Sosial yang mewakili pemerintah.

    "Komisi I DPR RI telah melaksanakan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU)/Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan para stakeholder yang terkait, Rapat Kerja, Rapat Panja, Rapat Tim Perumus, dan Rapat Tim Sinkronisasi dalam rangka pembahasan RUU tentang Industri Pertahanan dan RUU tentang Veteran," kata Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin, Selasa (2/10/2012).


    Menurut Hasanuddin, pembahasan dan pembicaraan tingkat I berlangsung kritis, mendalam, serta terbuka dan diakhiri pembahasan, fraksi-fraksi dapat menyetujui tentang industri RUU Pertahanan dan RUU Veteran untuk disahkan menjadi UU dalam tingkat pembicaraan tingkat II/pengambil keputusan dalam rapat paripurna.

    Dikatakan Hasanuddin, RUU tentang pertahanan dibentuk dalam rangka memberikan landasan hukum dalam penyelenggaraan industri pertahanan nasional, sehingga dapat mendorong dan memajukan pertumbuhan industri yang mempu mencapai kemandirian pemenuhan alat peralatan pertahanan dan keamanan.

    Disamping itu, RUU ini juga akan memberikan pengaturan kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produski industri pertahanan agar dapat bekerja secara sinergis, sehingga pada akhirnya industri pertahanan dapat berkembang dan dimanafaatkan secara optimal.

    Sementera RUU Veteran, kata Hasanuddin, merupakan RUU yang memberikan penghargaan dan penghormatan kepada para Veteran RI yang telah berjuangan membela dan mempertahankan kedaulatan NKRI.

    Meskipun pengaturan mengenai veteran telah diatur dalam UU NO 7 Tahun 1967 tentang Veteran, Namun UU itu belum sepenuhnya mencerminkan pemberian penghormatan dan penghargaan secara cepat terhadap jasa dan pengorbanan Veteran RI.

    Dengan lahirnya UU tentang Veteran yang baru ini, memberikan kepastian hukum yang menjamin pemberian penghargaan dan penghormatan terhadap Veteran yang telah berjasa dan berkorban dalam perjuangan membala dan mempertahankan NKRI atau ikut melaksanakan perdamaian dunia," katanya.

    Dengan disetujuinya hasil pembahasan RUU tersebut dalam rapat tingkat I, maka menurut Hasanuddin, mengharap persetujuan Rapat Paripurna untuk selanjutnya dapat disampaikan kepada Presiden untuk mendapat pengesahan menjadi Undang-Undang.



    Sumber : Pelita Online